Sebuah Kajian Mengenai Pengemudi Mabuk Di Bawah Undang-Undang Lalu Lintas Indonesia

Dalam era modern, mobilitas menjadi kebutuhan esensial, terutama di kota-kota besar. Jalur darat, terutama jalan raya, menjadi opsi mobilitas utama karena faktor ekonomi. Fungsi lalu lintas sangat penting dalam mendukung keberlanjutan ekonomi dan aktivitas sehari-hari. Namun, keselamatan di jalan raya seringkali diabaikan, sebagaimana tercermin dalam perilaku pengemudi yang tidak mematuhi aturan dan ketentuan. Per UU No. 22 tahun 2009, pengemudi harus mengoperasikan kendaraan dengan penuh konsentrasi dan memiliki SIM yang sesuai. Namun, perilaku pengemudi yang tidak bertanggung jawab, seperti mengemudi dalam keadaan mabuk, menjadi isu utama, terutama di kota Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan hukum normatif. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif dan diperoleh dari wawancara dan observasi. Pemeriksaan literatur digunakan untuk mendalami regulasi dan undang-undang yang relevan.
Konsumsi alkohol dapat mengakibatkan gangguan mental organik pada seseorang dan mempengaruhi perilaku mengemudi. Perilaku seperti ini telah menjadi salah satu penyebab utama kecelakaan. Meskipun ada regulasi yang jelas, seperti Pasal 106 ayat (1) UU LLAJ, masih ada celah hukum yang perlu ditutup untuk meminimalisir risiko kecelakaan di masa depan. Pelanggaran aturan lalu lintas dapat mengakibatkan konsekuensi hukum berdasarkan tingkat keseriusannya, dan ditekankan pentingnya penegakan hukum yang tegas.

Kata kunci: Mobilitas, Keselamatan Jalan Raya, Perilaku Pengemudi, Regulasi Lalu Lintas, Kecelakaan.