Menganalisis Kekuatan Hukum Dokumen 'Visum Et Repertum' dalam Konteks Hukum Indonesia

Istilah "strafbaar feit" dari bahasa Belanda telah diterjemahkan ke dalam berbagai terminologi dalam bahasa Indonesia, merujuk pada berbagai jenis tindak pidana. Menggali lebih dalam istilah ini menyoroti arti sebenarnya di balik kata-katanya. Tindak pidana yang melanggar Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) kerap menimbulkan kejadian yang mengancam integritas fisik dan nyawa manusia. Proses hukum yang menyertainya melibatkan serangkaian prosedur yang ketat, dengan tujuan menemukan kebenaran fakta dari suatu kasus. Bukti dalam proses ini harus sah dan valid agar putusan yang diberikan adalah adil.
Penelitian ini memakai metode kualitatif dengan kerangka kerja hukum normatif. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif, bersumber dari dokumen, wawancara, dan pengamatan langsung. Seluruh informasi dianalisis secara kualitatif untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang topik penelitian.
"Visum Et Repertum", hasil observasi dan laporan oleh dokter spesialis, menjadi alat bukti krusial dalam persidangan. Dokumen ini berisi temuan berdasarkan bukti fisik dan dapat digunakan sebagai bukti dalam hukum acara pidana. Keterangan dari ahli forensik dan psikiatri forensik berperan penting dalam menentukan aspek-aspek kunci dari kasus pidana, termasuk motif pelaku. Selain itu, "Visum et Repertum" memiliki fungsi ganda; sebagai bukti sah, dasar penahanan, dan bahan pertimbangan hakim dalam pengambilan keputusan.

Kata Kunci: strafbaar feit, tindak pidana, proses hukum, Visum Et Repertum, ahli forensik.