PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN SECARA DINI BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 26/PRT/M/2008 (STUDI KASUS KEBAKARAN GEDUNG KEJAKSAAN AGUNG)

Masalah kebakaran menjadi persoalan besar juga bisa dikatakan telah menjadi salah satu ancaman yang menakutkan bagi umat manusia. Oleh karena itu berbagai langkah dan upaya penanggulangan bahaya kebakaran merupakan hal yang penting yang perlu diterapkan dan dilaksankan guna mencegah terjadinya bahaya kebakaran. Upaya untuk mencegah terjadinya kebakaran diperlukan sarana proteksi kebakaran yang memadai dan melalui manajemen penanggulangan kebakaran. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan, yang menjadi
pedoman teksi dalam rangka memberiklan proteksi kebakaran khususnya pada bangunan/gedung. Dalam penelitian ini penulis memberi contoh kasus kebakaran gedung Kejaksaan Agung tanggal 22 Agustus 2010. Rumusan masalah yang penulis bahas adalah : 1) 1. Bagaimana bentuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran secara dini ? dan 2)
Bagaimana pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan kebakaran dalam kasus kebakaran Gedung Kejaksaan Agung ?. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode yuridis normatif, artinya pembahasan yang dilakukan dengan cara menafsirkan data mendiskusikan data-data yang telah diperoleh dan diolah. Oleh karena itu, data yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan, bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan proteksi kebakaran sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran secara dini. Akhirnya penulis menyimpulkan bahwa pelaksanaan proteksi kebakaran dalam kasus kebakaran Gedung Kejaksaan Agung, yang paling utama adalah kegagalan arsitektur bangunan gedungnya. Karena api itu dengan leluasa menjilati secara horizontal, kemudian pindah ke bawah menjilat lagi secara vertikal. Jadi tidak ada dinding pembatas menahan api 3 sampai 4 jam, Ternyata bukan api yang keluar, tapi panas, jadi ada hit detektor,
setelah panas keluar asap smoke detektor, kemudian alarm keluarlah spingkler. Ada hidran. Ternyata air juga kurang, jadi sistem proteksi aktif itu gagal. Hal itulah yang menyebabkan kegagalan sistem proteksi kebakaran gedung Kejaksaan Agung.